Pengalaman berharga saat di Desa Kalipare



Hayy rek, pada hari Jum’at, tanggal 5 Mei minggu kemarin ini kita baru saja berangkat ke desa untuk mengabdi dengan warga-warga di sana. Saat di desa ini memang menghadirkan pengalaman unik tersendiri yang tidak akan pernah saya dapatkan pada saat di ruang kuliah. Berikut momen-momen menarik yang terjadi selama kami di desa. Dan tentu saja, tak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun juga. 

 Desa Kalipare kecamatan Kalipare, Malang adalah desa yang berada sangat jauh sekali dari Kota Malang. Kecamatan Kalipare ini merupakan salah satu dari 33 Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Terletak di bagian Malang Selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar. Batas wilayahnya sebelah Utara : Kecamatan Sumberpucung, sebelah Timur : Kecamatan Pagak, sebelah Selatan : Kecamatan Donomulyo, dan sebelah Barat : Kabupaten Blitar. Kecamatan Kalipare terdiri dari 9 Desa , 39 Dusun , 61 Rw , 460 Rt 
Yang ikut di desa mahasiswanya berjumlah 37 orang. Mulai berangkat dari Malang sekitar jam 4 sore, menggunakan truk Tentara. Jarak tempuh untuk sampai di desa Kaliasri kecamatan Kalipare ini selama kurang lebih sekitar 2 jam an. Di saat pejalanan berlangsung, sangking lamanya menunggu untuk sampai di tempat tujuan, kami sampai mengantuk dan  tertidur-tidur di truk. Tepat pukul 18.25 akhirnya kami sampai tempat tujuan. Pembukaannya dilaksanakan di rumah Bapak Kasun (Kepala Dusun). Disana jalananya sangat sepi sekali padahal masih jam 19.00 WIB, karena minimnya penerangan jadi suasananya sunyi dan sepi kelihatan seperti tengah malam.  
Setelah selesai acara pembukaan di rumah pak Kasun, selanjutnya pembagian rumah-rumah yang mau ditempati/ untuk menginap dan beristirahat. Kami berjumlah 37 orang ini di bagi menjadi 2 RT yang berbeda, yang pertama RT 1 bertepatan dengan sekitar rumah pak Kasun dan yang satunya lagi RT 26 yang agak jauh dari RT 1 jaraknya sekitar 1,5 km. Saya kebagian rumah di RT sebelah dan serumah dengan Dynda. Kemudian kami yang kebagian RT 26 melanjutkan perjalanan lagi, jalan menuju di RT ini sangatlah memprihatinkan karena belum diaspal jalannya yang masih bebatuan selain itu sering tidak adanya sinyal. Rumah yang saya tempati ini adalah rumahnya Bu Henny. Dia tinggal bersama suaminya saja, anaknya sedang merantau juga di Malang untuk menuntut ilmu. Bu henny adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan bapaknya(suaminya) pekerja serabutan. Setiap pagi pukul 04.45 saya dan Dynda mulai menunggu tukang sayur lewat untuk membeli bahan-bahan untuk memasak setelah itu baru membantu Ibu henny untuk memasak. Sedangkan bapaknya sudah berangkat kerja. Disana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani Tebu, karena di sana banyak sekali pertanian tebu. Dan disana itu tidak ada orang yang jualan makanan seperti sarapan, jadi setiap rumah selalu memasak setiap harinya. 

Disana itu warga desanya ramah-ramah dan baik-baik orangnya. Melihat kehidupan masyarakat di desa ini masih heterogen. Pola kehidupan Gotong-royong masih sangat kental dengan masih memegang tradisi leluhur (Budaya Selamatan, Bersih Desa, dll). Hari ke-2 Sabtu, 6 Mei. Acaranya adalah mengadakan permainan dan lomba untuk anak-anak TPQ. Lombanya adalah membuat hiasan celangan dari botol air minum bekas, bahannya menggunakan kertas lipat. Setelah itu siapa yang menghiasnya paling bagus akan mendapatkan sebuah hadiah, intinya seru banget. Di saat permainannya dimulai mereka terlihat begitu gembira sekali apalagi pas penggumuman pemenang. Melihat mereka bahagia dan senang saya juga ikut merasakan kegembiraannya seperti mereka.

Hari ke-3 Minggu,7 Mei. Hari ini adalah hari terakhir kami mengabdi di desa Kaliasri ini, sedih rasanya tidak terasa sudah tiga hari kami mengabdi di desa Kaliasri ini. Di setiap hari minggu di desa ini selalu mengadakan acara gotong-royong atau bersih-bersih desa dimulai pada pukul 07.00. Kami memotongi rumput, menyapu dedaunan dan mengambili sampah yang berserakan, kemudian dikumpulkan menjadi satu dan di bakar. Selesai gotong-royong kami kembali kerumah masing masing untuk bersiap diri berpamintan pulang. Kemudian kami dari RT 26 dan RT 1 berkumpul untuk makan bersama. Selesai itu acara penutupan di laksanakan di rumah Bapak Kasun. Dan kembali ke Malang.

Dimana ada pertemuan, di sana juga akan ada perpisahaan. Tiba saatnya berpisah, tiba-tiba merasa sedih. Kedekatan kalian selama ini jadi terasa sangat berharga, yang nantinya kami rindukan kalo sudah selesai mengabdi di desa ini. Selama di desa menjadi suatu pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan seru, asyik, menantang namun juga mengharukan dan menginspirasi. Tentu saja masih banyak pembelajaran-pembelajaran yang dapat dipetik dari masyarakat di desa. Namun yang paling penting adalah, membuat kita semakin belajar untuk bersyukur atas kehidupan yang kita miliki sekarang.
Semoga sedikit pengalaman ini bermanfaat bagi kalian. Terima kasih
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harapan sistem pembelajaran kedepan #submit1 (Ekopembangunan)

Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan #SUBMIT3 (Ekopembangunan)

Pembangunan di Bidang Pendidikan